Metode Pengembangan Diri "self succes method"

📝 *NOTULENSI ONLINE SHARING SESSION FIM CLUB 10-PEOPLE DEVELOPMENT* 📝

*MINDSET DALAM PENGEMBANGAN DIRI*
Oleh: *Ivan Ahda*
- CEO of @MaximaIndonesia
- Koordinator Forum Indonesia Muda.

_*Pengembangan diri*_ merupakan isu yang selalu menarik untuk diperbincangkan ataupun dipelajari oleh siapapun. Secara pribadi, *Ivan Ahda*, suami dari Maghleb Yudina Elmir ini sangat menyukai segala sesuatu yang terkait dengan _personal development_. Pada tataran yang mikro, _self improvement_ atau sesuatu yang secara alamiah disukai banyak orang. Dengan kita meningkatkan kualitas diri kita, kita belajar untuk menaklukkan ketakutan kita, mencapai tujuan dan cita-cita, memiliki hubungan yang baik dengan sekeliling, menembus batasan diri yang kita miliki, dan yang terpenting, kita bisa memahami diri kita dengan lebih baik.

Namun demikian, selayaknya sesuatu yang kita sukai, selalu ada _dark side_ yang harus kita waspadai. Saya menyebutnya dengan _self-help junkies_, dimana kita merasa _overwhelming_ dengan melimpahnya berbagai instrument pengembangan diri:
buku, seminar, pelatihan, podcast, video, dll yang isinya berbicara tentang pengembangan diri. Kita selalu merasa kurang, namun pada akhirnya, kita seperti terjebak pada tempat yang sama, kalaupun bergerak, tidak jauh dari tempat kita semula.

Sebagai pancingan dalam diskusi kali ini, Ivan Ahda mencoba sharing pengalamannya mengenai beberapa findings di lapangan terkait jebakan-jebakan dalam area pengembangan diri.


*JEBAKAN SELF-HELP*
*A. False Sense of Achievement*
Menikmati berbagai materi pengembangan diri (baik secara pasif atapun aktif) menciptakan sensasi kita telah memenuhi satu pekerjaan rumah untuk membuat diri kita lebih baik. _"Pencerahan"_ yang didapatkan membuat kita merasa cukup bahwa dengan menjadi konsumen materi pengembangan diri cukup untuk kita tidak usah melakukan sesuatu. Bagi sebagian besar, inilah yang terjadi. Kita menipu diri dengan mempercayai bahwa kita telah melakukan sesuatu yang pada akhirnya akan membuat kita lebih kecewa, karena kita menyadari bahwa diri kita telah stagnan pada periode waktu tertentu.

*2. The Illusion of Magic Pill*
Mekanisme otak manusia membuat kita secara alamiah membuat generalisasi keadaan atas satu keberhasilan yang kita dapatkan pada satu peristiwa dan meyakini bahwa *cara/metode*yang kita lakukan akan menimbulkan keberhasilan yang sama di situasi lain.
Pada satu masa, Indonesia pernah heboh dengan satu model training pengembangan diri. Seketika semua level elemen masyarakat berbondong-bondong mengikuti pelatihan jenis ini.
Saat itu, masyarakat percaya bahwa orang akan berubah 100% menjadi insan yang lebih baik dengan mengikuti pelatihan ini. Satu hal yang pasti, Ivan mengakui bahwa _momentum of change_ yang diciptakan pelatihan ini sangat khas. Pada titik tertentu, ruang perubahan yang paling kuat dihasilkan menyentuh titik spiritual dan menghubungkan _cause of change_ dengan misi kehidupan seorang manusia. Namun disinilah ilusi pil ajaib ini bekerja.

Training hanyalah salah satu metode dari sekian banyak metode dalam pengembangan diri. Dalam training itu pun, sasaran perubahan, model intervensi juga berbeda untuk problem yang disasar. *Contoh kasus*, ketika kita mendapati diri kita atau ada orang lain yang kita ketahui misalnya tidak perform, langsung saja yang bersangkutan kita ikutkan training.

Sekali lagi, training hanyalah salah satu metode pengembangan diri jika itu berkaitan dengan _acquiring new skill or knowledge_. Contoh yang lain, ada metode mentoring misalnya untuk mempercepat _learning curve_ dan proses _transfer knowledge_ antara satu orang dengan satu orang ahli. Ada juga konseling jika kita berhadapan dengan keinginan untuk bisa lepas dari kenyataan masa lalu. Atau bahkan _coaching_ jika kita ingin mengakselerasi pencapaian tujuan (performance, bisnis dll).

Intinya adalah, *tidak ada satu obat/metode sapu jagat dalam dunia pengembangan diri*.
_There is no one size fits all way of learning and there isn’t one fixed way of making a success of something._

*3. Assuming that Growth is Linear*
Dalam konteks pengembangan diri, agaknya rumus 1+1= 2 juga tidak berlaku.
Dengan kita melakukan intervensi A, bukan berarti keadaan yang lain berlangsung tetap dan kita sangat yakin bahwa hasilnya pasti A’. Kita harus menganggap bahwa bukan saja manusianya yang dinamis, namun lingkungan sekitarnya juga dinamis. Sehingga kunci keberhasilan program pengembangan diri sangat tergantung dari sejauh mana kita bisa mengidentifikasi kekayaan perbedaan ini.

*We all have different strengths, weaknesses, goals, ambitions, levels of ability, learning preferences, work ethics, lifestyles dan bahkan kepentingan* , sehingga pemahaman konteks inilah yang membedakan model dan cara pengembangan diri.

Kita bisa belajar dari sumbangan pemikiran salah satu tokoh yang concern dengan perubahan individu. Dalam 'Prochaska Stage of Change', kita akan jernih melihat bahwa andaikata kita ingin mengembangkan orang-orang dalam satu  unit dengan level yang sama, budaya yang sama, aturan yang berlaku sama, hingga insentif yang sama, ternyata kita bisa deep down melihat kalau setiap manusia punya _foundation of stage_ yang berbeda-beda dalam mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Model Prochaska yang diambl dari riset orang-orang yang kecanduan alcohol, secara praktis banyak digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan model pengembangn diri apa yang cocok untuk individu di stage tersebut. Misalnya, apakah metode coaching cocok dilakukan untuk si X, padahal bisa jadi hal mendasar yang harus diselesaikan adalah dengan konseling dulu, dan seterusnya. *Sekilas, temen2 bisa temukan stage Prochaska sbb*: _precontemplation - contemplation - determination - action - maintenance - termination_

_To make changes, comprehensive analysis in 3 area (values, resources, environment) will lead to deep understanding about the problem and issue in which we want make result from people development. From this perspective, Maxima develop logical framework, consist of three phases as a foundation to deliver intervention :_

_*Grow* : is a basic phase. we can establish this phase when basic system, values and foundation of individual exist and work well._
_Although is not perfect, we can clearly see the fulfilment of vision & mission still on the right track._

_*Accelerate* : is an intermediate phase in order to achieve better results due to its challenge and expectations._ _Increasing capacity of individuals through capacity enhancement, upgrading skills, efficiency, etc, will be one of intervention that worked._

_*Elevate* : is a leap phase, when the situation has totally changed so that the old way is no longer relevant. The individuals or who want different results, should bring a new level of performance for embracing the future_

Sebagai penutup pengantar diskusi, jika berbicara tentang pengembangan diri, maka ada 2 _critical things_ yang menjadi pembeda hasil jika kita melakukan aktivitas untuk mengembangkan diri kita.
*Yang pertama adalah personal values* : keyakinan seseorang dengan sesuatu yang lebih besar, yang ingin dicapai dalam hidupnya. _Purpose of life_. Values inilah yang membedakan attitude seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
*Yang kedua adalah komitmen* . Mudah saja untuk menerka keberhasilan seseorang ketika kita tahu sejauh mana dia mendedikasikan waktunya untuk melangkah selangkah demi langkah untuk meningkatkan kualitas dirinya

Dari perspektif yang lain sebagai orang yang ingin menempa orang lain misalnya,  saya melihat dari beberapa figure yang punya _success story_ dalam menempa orang lain. Kita bisa belajar bahwa ada 3 hal yang akan menentukan sejauh mana keberhasilan hasil tempaan kita kepada orang  lain;

_1. Make the right assumptions about people;_
_2. Ask the right questions about people; and_
_3. Give the right assistance to people._
___________________________
*The 'Q and A' Session*
1. *Q*: Apa saja hal yang dapat menghambat kita dalam proses pengembangan diri?
*A*: Menurut Ivan Ahda, berdasar _best practice_  ia alami langsung, biasanya orang-oranh akan terhambat karena beberapa hal berikut:
- gagal menciptakan atau memanfaatkan momentum perubahan. Pada titik ini, sesuatu yang alami moementum itu timbul karena _dramatically happened_, misalnya karena musibah, _life changing experience_, dll atau butuh bantuan external, seperti contoh diatas, misalnya kita perlu ikut training untuk  semacam pencerahan.
- Tidak bersegera mengkonversi energi positif perubahan ke dalam _actionable items/to do list_ yg bs langsung dipraktekan.
- Tidak membuat _quick wins_: parameter atau titik keberhasilan immediately after yg mampu dijadikan energi pendorong untuk perubahan yg lebih besar. Sering yang terjadi, kita malah membebani diri kita dengan sesuatu yang langsung berat.

Sebagai tambahan dan penekanan, bahwa hal terbaik dalam proses pengembangan diri adalah mulai dari hal yang sederhana, dari apa yang 'ada di tangan'. Dengan resources yg setiap hari bisa langsung kita dapatkan. Di sinilah berlaku pepatah, _sepatu kita hanya untuk kita sendiri, jangan bandingkan dengan sepatu orang lain_.

2. *Q*: Bagaimana menghadapi sikap kita yang mudah puas dengan apa yang telah kita capai dalam rangka mengembangkan diri kita kak? Apakah dapat dikatakan sifat mudah puas itu penghambat pengembangan diri?
*A*: Cari _sparing partner_ yang sepadan, _mutual consent_. maksudnya, misalnya Anda punya satu orang teman atau sekelompok orang yg selalu punya standar atau kualitas lebih baik dari Anda. Beberapa orang menyebutnya kelompok _master mind_. Jd kita akan otomatis terkontrol bahwa selalu ada orang yg berusaha lbh baik, selalu ada celah for improvement. Pada semua hal, cepat puas adalah petaka awal kegagalan.

3. *Q*:  Bagaimana cara mengantisipasi adanya dark side itu sendiri?
*A*: Agama mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam hal apapun. Termasuk dalam konteks pengembangan diri. Belajarlah dari orang lain, mulai dengan apa yang dimiliki, buatlah standar yang kamu sendiri punya kesulitan untuk mencapainya, dan siapkanlah matras atau pelampung jika sewaktu-waktu Anda failed. Ivan Ahda menambahkan sebuah *sample case* menarik, bahwa ada seorang wanita yang merasa gaya hidup urban telah membuat dirinya detach dari kehidupan hingga akhirnya secara total dia memutuskan fokus menjalani pola hidup mindfulness secara ekstrem, semacam meditasi. Akibatnya dia bahkan tidak bisa mengoptimalkan potensi dirinya yg punya kesempatan memberikan manfaat untuk banyak orang (karena pilihan hidupnya waktu itu membuat dia harus menjauh dari keriuhan orang dan lingkungan).

4. *Q*: Bagaimana Maxima menerjemahkan 3 fase (_grow-accelerate-elevate_) dalam produk masterpiecenya?
*A*: Pada produk-produk pengembangan diri di dunia barat, sebenarnya model framework ini banyak macamnya. Dan semua itu berasal dari hasil riset dan insight empirik dari pengalaman di lapangan. Dengan pengalaman Maxima yg masih Newbie, Ivan Ahda menyampaikan bahwa ia perlu bereksperimen dengan menyusun kerangka berpikir yang akan dijadikan rujukan intervensi. Ini yg akan jadi _strategic action_ Maxima ke depan.

Praktisnya, ketika masuk dlm satu case isu people (atau organization), kita akan gathering info yg dibutuhkan utk bisa fit in dan memenuhi apa yg dibutuhkan utk judgement. Sehingga intervention tidak _based on product_ tapi _phases based_.

Jadi bisa jadi produknya sama-sama _coaching for performance_ (individu misalnya), tapi karena dilakukan pada fase grow akan beda dengan fase elevate dst.

Memang diperlukan produk khas dari masing-masing fase, yang insha Allah akan coba dikembangkan dengan riset akademis (doctoral) dengan kumpulan pengalaman empirik.

5. *Q*: Bagi orang yang berkecimpung di dunia kreatif dan penuh dinamika, bagaimana metode pengembangan dirinya? Dari cara-cara yang sudah disebutkan tadi training, mentoring dll.
*A*: Semua cara bisa dipakai, tergantung kebutuhan. Kalo mau nambah _knowledge or skill_ baru bisa via training. Kalo mau intens bisa cari mentor sesuai dengan keahlian yg ingin dicapai. Misalnya mau menguasai internet marketing atau dunia finance cari mentor dengan exposure yg kuat. Yang menarik, Ivan Ahda menganggap bahwa orang-orang yg kerja di industri kreatif umumnya adalah mereka yg self determinasinya tinggi, visionnya agak lbh jelas dr orang pd umumnya krn orang2 ini punya belief yg kuat atas apa yg ia yakini, jadi mgkn coaching bs jd metode yg patut dicoba dalam mengakselerasi dirinya. sekali lagi. coaching termasuk tahapan dimana gak semua orang siap dicoaching.

6. *Q*: Setiap orang memiliki tolak ukur dalam pengembangan diri masing masing ,bagaimanakah cara kita menempatkan tolak ukur pengembangan diri sehingga kita bisa memaksimalkan pengembangan diri dan mendapatkan lingkungan yang tepat, sehingga tidak perlu menyalakan lingkungan sebagai penghambat pengembangan diri?
*A*: Mulailah dengan quick wins. Fungsinya quick wins adalah menciptakan keberhasilan yg kecil dan secepat mgkn agar bs jd energi utk next achievement. Quick wins itu ibarat ridwan kamil mau beresin bandung dengan semua kompleksitas masalah yang besar, dia mulai dengan membenahi taman2 kota. Itu yg disebut quick wins. Dari quick wins timbul optimisme dan energi positif utk mencapai tahap selanjutnya
- tolak ukur terbaik adalah spesifik. pake ukuran SMART yg plg sederhana. tapi yg plg penting, bagaimana cara kontrolnya? ad cth yg menarik dimana orang2 menggunakan instrumen socmed sbg kontrol. misalnya anda pengen hidup lbh sehat. trus sy posting di fesbuk kalo tiap hari sy akan update sy jogging tiap hari. nantinya kalo sy luput satu hari, otomatis akan ad temen atau orang lain akan tanya dan kontrol Anda. itu cth aja. kontrol bs jg melalui orang terdekat kita atau jurnal pribadi kita
- mengenai lingkungan, ada saatnya memang kita perlu memodifikasi lingkungan jika perlu. jika kita punya kuasa atas lingkungan itu silahkan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Misalnya biar Anda tidak malas, Anda sengaja buat layout kamar kita dengan berbagai quotes visual di dinding, dst. Atau jika misalnya anda merasa berada dlm lingkungan yg kurang kondusif, ada baiknya mencari alternatif situasi or places yg membuat Anda lbh kondusif dlm menempa diri.

*Terimakasih dan SELAMAT BERPROSES!*

From SHINe WA Group

Komentar

Postingan Populer